Ini bukan cerita fiksi, bukan pula hasil pengembangan dari sebuah fakta ilmiah mengenai televisi dan telpon genggam. Ini adalah kisah nyata.... (pen.-tambahkan ilustrasi musik biar suasana mencekamnya makin kuat gkgkgk..)
Sejak kecil, jauh sebelum aku menginjak bangku sekolah (jangan diartikan harfiah ya...) aku sudah menjadi pengguna televisi dan penikmat siarannya dengan intensitas yang cukup tinggi untuk anak seusiaku. Diusiaku yang masih 3-4 tahun, aku sudah menikmati siaran televisi yang tayang di atas pukul 9 malam (kalo ada yang ingat, saat itu siaran untuk serial televisi Amerika berjudul "Hunter" heuheheu favorit pisan...). Pada saat itu belum muncul TV berlayar datar maupun TV tanpa tabung seperti saat ini. Sekolah pun tidak pernah mengurangi minatku pada televisi. Tak pernah sedikitpun kecintaanku menikmati televisi menimbulkan dampak negatif padaku (mungkin seperti penyakit kanker, dampaknya baru muncul setelah bertahun-tahun). Itulah sebabnya menonton televisi menjadi kegemaranku.
Menginjak semester kedua di bangku kuliah aku mulai menggunakan telepon genggam. Dengan intensitas normal, tentunya tak ada keluhan. Saat itu, henpon belum menjadi sahabat baikku.
Sekitar dua tahun terakhir, semenjak aku ditugaskan di Bandung empat tahun yang lalu, aku mulai bersahabat sangat dekat dengan TV dan henpon. Keduanya pun menjadi sahabat setiaku, terlebih jika aku sendirian. Awalnya tak ada gejala yang aku rasa cukup berarti. Kepalaku yang sering pusing pun ku anggap hal biasa karena memang sering terjadi sejak aku kecil.
Belakangan semenjak aku rutin mengikuti latihan ilmu bela diri, sakit kepalaku terasa menginjak stadium yang lebih tinggi. Sebelumnya aku masih bisa menahan atau meredakannya hanya dengan minum obat warung. Tetapi, saat itu sudah tidak bisa lagi. Bahkan pernah aku emrasakan sakit kepala tingkat tinggi selama seminggu, yang membuat aku sulit beraktivitas dab harus membatasi gerakku agar sakitnya tidak menjadi-jadi. Aku mencoba meminum beberapa macam obat, tetapi tak ada efek yang muncul. Aku juga mencoba melakukan terapi pijat hingga terapi tenaga dalam, tetapi pengaruhnya belum bisa benar-benar menghilangkan sakit kepalaku.
Lalu aku berdiskusi dengan beberapa teman. Mereka menyarankan aku untuk mengehentikan penggunaan henpon selama beberapa hari dan hanya menggunakan fasilitas sms. Mereka juga menyarankan untuk mengatur henpon pada modus offline dan meletakkan jauh dari badan ku saat tidur. Selain itu, aku yang masih menggunakan televisi tabung juga disarankan untuk mengurangi penggunaan televisi, termasuk mematikan TV saat aku tidur.
0 Comments
Do leave a comment, a decent one.