"istri itu nggak boleh sakit, nanti gimana rumah? Siapa yang ngurus suami dan anak-anak?" Udah sering ya denger cerita yang begitu?
Tapi gimana kalo kita denger cerita "suami itu ga boleh sakit, kalo sakit siapa nanti yg ngurus istri dan anak-anak? Siapa yg cari nafkah buat istri dan anak-anak?" Nemu di mana cerita yang model gitu?
Saya yakin banyak, cuma nggak terekspose aja...
Udah nggak jamannya lagi lah semua pekerjaan domestik diselesaikan oleh istri seorang, apalagi bagi yg sudah punya anak, mungkin nggak gampang (masih mungkin, soalnya belum ngerasain).
Kemarin dapet curhatan temen yg baru jadi ibu, kalo ngurus bayi itu lebih challenging dari menyelesaikan essay 4,000 words :-D
Kebayang kan gimana menguras energi, nggak cuma fisik tapi juga psikis. Padahal untuk menyelesaikan essay 4,000 kata itu butuh baca buku minimal 5 dan jurnal minimal 30. Dan ternyataaaa, ngurus anak lebih challengin dari pada itu..
Saya suka banget nonton film, ada di antaranya yang seringkali membahas tentang peran suami-istri di rumah. Salah satunya Sex in the City. Salah satu bagian dalam film ini bercerita tentang Charlotte yg merasa menjadi ibu yg buruk. Why? Here is the story...
Banyak ibu rumah tangga yg harus rela melepaskan ambisinya menjadi wanita karir demi keluarga. Sebagian perempuan happy dengan keadaan itu. Tapi ada juga perempuan yg merasa jenuh. Kejenuhan ini bisa terakumulasi menjadi kumpulan energi negatif dalam bentuk penyesalan dan kekesalan yg seharusnya perlu untuk diselesaikan.
Lebih buruknya lagi, perempuan-perempuan ini seringkali merasa menjadi ibu yg buruk karna membayangkan menjalani takdir yg berbeda. Mereka merasa bahwa tidak sepantasnya mereka berpikir seperti itu. Is it wrong? Menurut saya tidak. Kenapa? Karena mereka hanya manusia biasa.
Bukan nggak mungkin kondisi seperti ini yg dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk tidak hanya bagi kejiwaan si ibu, tapi juga bagi psikologis anak-anak dan keharmonisan rumah tangga. Banyak suami yg tidak menyadari bahaya ini. Padahal ikut serta ayah dalam rumah tangga amat penting, salah satunya untuk mengurangi resiko kejenuhan dan kekesalan pada ibu rumah tangga.
Coba deh buat yg pekerja, do you ever feel bored of what you do, deep deep down? So do moms. They feel the same thing. Bedanya, ketika kita mengutarakan kejenuhan atas pekerjaan, kekesalan terhadap bos atau rekan kerja, kita tidak sedang berhadapan dengan moralitas. Tapi, untuk ibu-ibh ini, ketika mereka merasa jenuh menjalani peran ibu, merasa kesal terhadap anak dan suami, mereka akan seketika merasa menjadi ibu yg buruk. Itulah kenapa penting berbagi peran dalam rumah tangga antara suami dan istri.
Jagoan lah buat ibu-ibu yg mampu menyelesaikan tugas domestik tanpa bantuan suami. Tapi, buat para ibu yg membutuhkan bantuan orang lain, nggak ada yg salah kok. Dan angkat 4 jempol buat para suami yg mampu meninggikan level kekerenan mereka dengan membantu istri-istri-nya di rumah. Asal tau aja ya bapak-bapak, istri itu lebih termehek-mehek kalo dibantu pekerjaan domestiknya ketimbang cuma dibeliin berlian, tapi kalo bisa dua-duanya... Wuiiihhh tunggu deh kejutan manis bertubi-tubi dari istri.
0 Comments
Do leave a comment, a decent one.