Baru aja terpikirkan tentang hubungan antara suami istri.
Banyak istri yang menganggap suami setiap datang ke istri pasti ada
maunya. Banyak juga suami yg menganggap istri hanya datang ke suami juga kalau ada maunya. Mengapa bisa begitu?
Dalam pandangan umum, diketahui bahwa
maunyasuami dari istrinya adalah hubungan suami istri, dan maunya istri dari suaminya adalah materi. Lantas mengapa bisa terbentuk pandangan bahwa suami setiap kali datang selalu membawa mau dan istri selalu datang saat ada maunya?
Saya tahu ini ranah yang boleh dibilang sangat tabu, tetapi masih sehat untuk diperbincangkan.
Baiklah, begini. Interaksi antar dua orang terbentuk berdasarkan cara masing-masing orang saling memperlakukan. Dengan kata lain, aksi kita terhadap seseorang akan menimbulkan reaksi dari orang tersebut.
Misalnya, jika tanpa sebab kita mengguyur seseorang, saat pertama kita melakukan hal itu, reaksi seseorang itu mungkin akan bingung dan bertanya kenapa. Tetapi kali kedua kita melakukan hal yg sama, yaitu mengguyur tanpa sebab, reaksi yang muncul kemungkinan besar adalah kemarahan. Pada kali ketiga, reaksi yang muncul adalah kita akan dijauhi karena dianggap sakit jiwa. Nah, pola yang sama juga terjadi pada interaksi kita dengan pasangan.
Dalam hidup rumah tangga, dengan pasangan halal, tentu kita bebas melakukan kegiatan intim secara fisik yang masih aman untuk kedua belah pihak, misalnya berpelukan, berciuman, dan berhubungan suami istri.
Menurut banyak istri, para suami cenderung menganggap bahwa pelukan dan ciuman dari istri merupakan ajakan untuk melakukan hubungan suami istri, sebut saja foreplay. Padahal, bagi banyak istri, pelukan dan ciuman belum tentu merupakan foreplay, tapi boleh jadi hanya ungkapan kasih sayang yg dilakukan untuk memperat hubungan suami istri.
Ada miskomunikasi di sini. Dengan suami menganggap bahwa ciuman dan pelukan istri atau yg mereka berikan utk istri adalah sebagai foreplay, berarti setiap kali dilakukan akan berujung pada hubungan suami istri. Sementara, yang awalnya bagi si istri sebagian pelukan dan ciuman adalah ungkapan kasih sayang yg kemudian disalahartikan oleh suami menjadi foreplay, maka istri lantas menghindari kegiatan tersebut. Sehingga istri memberikan pelukan dan ciuman hanya ketika mereka benar-benar siap dengan konsekuensinya. Dari situ, terbentuklah pandangan bahwa suami setiap datang ke istri pasti ada maunya.
Lantas bagaimana dengan istri yang datang kalau ada maunya saja?
Seperti yang saya sebutkan di atas, ini salah satu dampak dari interaksi antara dua orang manusia, dalam hal ini suami istri. Ini ada hubungannya dengan sikap mesra suami terhadap istri. Ketika suami hanya mendekati istri saat akan berhubungan suami istri karna setiap kali tindakan mesra di antara keduanya dianggap suami sebagai foreplay, maka istri secara otomatis merasa perlu membangun taktik bertahan, jual mahal sama suami. Karna setiap kali suami mendekati selalu ada maunya, maka istri pun memutuskan hanya mau didekati kalau ada apa2nya.
Ah, klise, memang. Masa sih? Itu yang terjadi dalam banyak rumah tangga. Tapiiii, bukan berarti semua begitu. Saya pribadi tidak mendukung hal tersebut.
We all need some touch, some love. Sentuhan dan cinta itu yang membuat hubungan dalam keluarga semakin erat. Plis, jangan artikan sentuhan dan cinta itu hanya sebatas hubungan suami istri. Tapi lebih luas dari itu, pelukan, belaian, kecup mesra, usapan. Hal2 ini yang membuat hidup lebih ringan untuk dijalani.
Ada banyak artikel dan penelitian yang bisa kita temukan di google seperti
manfaat berpelukan, manfaat sentuhan suami, kekuatan sentuhan. Itu merupakan bukti bahwa betapa pentingnya sentuhan dan pelukan dari suami untuk istri maupun sebaliknya, tanpa harus berakhir dengan seks.
Jadi, kamu yang putuskan bagaimana hubungan dengan pasangan yg ingin kamu bangun. Apakah kamu ingin hubungan yang saling berhitung, serba ada maunya. Atau hubungan yang selalu ingin saling memberi, saling membahagiakan.
It's yours to decide.
0 Comments
Do leave a comment, a decent one.