Menikah Adalah Komitmen Jangka Panjang

Nikah itu ya dua orang, bukan satu orang. Sudah barang tentu semua ditanggung bareng-bareng.

Gak bisa yang satu ngandelin yang lain. Ibaratnya kayak maen bola, bukan karna Ronaldo striker lantas dia dibiarin ngurus serangan sendirian, ga ada bantuan dari timnya. Kalo begitu ceritanya, coba lihat tim nasional Argentina beberapa tahun lalu. Meski ada Messi, tapi mereka ga berhasil memenangkan piala dunia. Why? Cos Messi can never work alone.


Begitu juga halnya dengan pernikahan. Jangan bayangkan suami hanya mengerjakan tugasnya dan begitu juga istri. Sila lakukan itu jika ingin mencoba, maka dalam beberapa tahun ke depan, you no longer know the person you are married to.


Masih sering terngiang di telinga saya kata bijak orang tua dulu (bukan - bukan lagu Ike Nurjanah??). :D
Orang tua saya, paling tidak itu yang saya tau, sering bilang, kalau ada barang kita yang rusak jangan lantas langsung ganti yang baru. Coba diperbaiki, barangkali hanya butuh diperbaiki bukan diganti. That also works with relationship, in this case - marriage.


Tau apa sih anak kemarin sore?
:-) ada kali ya yang bakal ngomong gitu ke saya?
Iyalah, usia pernikahan saya juga belum lama, belum ada apa-apanya di banding yang udah lebih lama nikah. But you know what? Kebenaran - pemahaman, ia datang kepada siapa saja yang ia sukai, tanpa pandang usia, jenis kelamin, bahkan pendidikan. Alasan..!!!
:-) call it whatever you like, rapopo. Saya cuma ingin menyampaikan.


Buat saya pernikahan itu selayaknya hidup, ia adalah proses pembelajaran. Kita belajar mengetahui dengan siapa kita ingin menghabiskan hidup kita, kita belajar bahwa ternyata pasangan kita tak sesempurna yang kita bayangkan sebelum menikah. Ya, so what? Move on! Peluk pemahaman yang baru kita dapat tentang pasangan, resapi bahwa boleh jadi dia pun ada di posisi yang sama dengan kita - sedang terkaget-kaget karna ternyata kita gak seistimewa yang dia kira.
Apa kita mau berhenti di situ? Itu namanya kalah sebelum perang dimulai. Ubah cara pandang kita, ubah cara kita, hanya itu yang bisa kita lakukan.
Bukankah wiseword pernah berkata,

jika kita tidak mampu mengubah dunia, maka ubahlah cara pandang kita
. That's how you do it. Dengan catatan, ini bukan soal hal prinsip.


Ijinkan saya tertawa dulu. Membicarakan hal prinsip sepertinya bakal melebar ke mana-mana. Relatif buat tiap orang. True. Depends on your goal in life.
Sederhananya, prinsip akan seiring sejalan dengan tujuan hidup kita. Nah, kenali itu dulu. Atau jangan-jangan kita masih buram soal prinsip hidup kita sendiri? Upps!! :D


Kita harus sadar bahwa pernikahan itu long life commitment. Yup, komitmen jangka panjang. Unless, you imagine your marriage to be short! Tapi, secara ideal pernikahan adalah komitmen jangka panjang.
Analogikan sebuah perjalanan pulang kampung, Jakarta-Blitar, panjang. Kita membuat rencana, membayangkan keberhasilan rencana itu, memprediksi berapa jam bisa sampai Blitar, tetapi kita sesungguhnya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selama di perjalanan.
Begitu juga pernikahan. Kita mencari orang seperti apa yang ingin kita nikahi, merancang gambaran keluarga yang ingin kita bangun, menyusun rencana bagaimana membesarkan anak-anak kita, tapi sesungguhnya semua hanya rencana. Ada banyak faktor yang memiliki andil dalam keberlangsungan pernikahan kita.
Suatu hari ketika kita melakukan sesuatu, ternyata reaksi pasangan kita tak seperti yang kita harapkan. Lantas, pernahkah kita bertanya kenapa? Ataukah kita lebih dulu mempersoalkan itu? Mungkinkah beban kerja di kantor, atau kebutuhan anak-anak yang semakin meningkat, atau kekhawatiran akan orang tua, atau kelelahan yang menumpuk mempengaruhi reaksi pasangan kita? Atau jangan-jangan sikap kita sendiri yang tanpa kita sadari semakin hari ternyata semakin berubah?


Semakin lama seseorang hidup bersama orang lain, maka akan semakin tinggi ekspektasi kita terhadap orang tersebut untuk bisa memahami kita.
Coba tanyakan kembali ke diri kita masing-masing, bukankah kita cenderung lebih memaklumi orang lain yang bersikap seenaknya terhadap kita ketimbang orang-orang terdekat kita? Kenapa? Karena kita berharap orang-orang terdekat kita yang sudah sangat mengenal kita dengan baik bisa lebih memahami meski kita bersikap seenaknya.
Kita lupa bahwa mereka hanya manusia biasa, sama dengan kita. Yup, kita tidak menikahi malaikat. Dia bisa lupa - sama dengan kita, dia bisa jenuh - sama dengan kita, dia bisa berharap bahwa kita lebih memahami dia dari orang lain - sama dengan kita! Itu kenapa kita ada untuk dia dan dia ada untuk kita, coz marriage is not working alone, it is team work!
So, start working as a team. Saling tutupi kekurangan, saling lengkapi, saling memahami, dan saling belajar untuk bertumbuh - changing priorities - forgiving - dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik untuk pasangan, bukan hanya menuntut pasangan menjadi lebih baik.


Wake up!
Marriage is not a reality show you watch on TV..

Post a Comment

0 Comments