Hari Lahir Bapak

Foto merupakan koleksi pribadi,
diambil oleh Menik Budiarti.

Bapak adalah pria paling kuat dalam hidup saya. Seumur hidup, belum pernah saya melihat beliau mengeluh. Banyak cerita pahit mengalir dari mulutnya, tapi tak sedikitpun menggambarkan kelemahan. 


Seingat saya beliau tak pernah sakit parah. Flu, pusing, sakit pinggang, itu yang biasanya ia derita. Pernah kecelakaan dan tulang lututnya retak, tapi tak pernah terdengar lagi cerita tentang lutut itu setelahnya. Hanya deker lutut yang membebat kakinya, sesekali.

Pernah suatu hari, ketika saya SMA, Bapak yang sedang memperbaiki genteng rumah, tiba-tiba entah bagaimana jatuh dan nyangkut di pohon depan rumah kami. Saya dan mama kaget, shock lebih tepatnya. Tapi beliau, dengan tenang, berusaha bangun dan kembali ke atas genteng meneruskan pekerjaannya. WTF??!! Eh, masyaallah..

Atau ketika bapak harus mulai bekerja di bagian gudan, diberhentikan dari jabatan Kepala Regu hanya karna beliau menolak dipindah ke Cikarang. Kenapa? Demi bisa berangkat bareng anaknya (baca: saya) yang sudah mulai kuliah di Jakarta. Beliau gak pernah mengeluh meski setiap hari dihadapkan pada tanggung jawab mengangkat barang di usianya yang semakin senja. Atau ketika sepulang kerja, dia masih harus menjemput anaknya yang kuliah. jempol sepuluh.

Mungkin begitulah sejatinya menjadi seorang bapak. Tak boleh sedikitpun tampak ada kelemahan, keraguan, keresahan, karna pada punggung nya lah rumah dan isinya dipancangkan. Teringat tempo hari, ketika saya menonton sebuah serial. Begitu pula lah si tokoh utama menggambarkan bagaimana seharusnya menjadi seorang bapak. Sometimes we have to fight, with all we have, for our family. Sometimes we have to fight, until nothing's left, coz that's what it takes to be a father. That's how a father should become. And, that's how my father has become.

Bapak akan menjalani operasi. Mungkin hanya operasi kecil, meski belum jelas apa penyakitnya. Baru terdeteksi benjolan di salah satu bagian tubuhnya. Saya resah. Menangis semalaman ketika pertama mendengar kabar itu. Saya selalu berpikir saya akan mampu tegar menghadapi situasi seperti ini. Tapi cinta, selalu di luar kendali. Dan itu yang saya alami. Bapak selalu sehat, tak pernah sakit. Bahkan di usianya yang menjelang 64 tahun ini, beliau masih rutin berlari sejauh 5 km setiap minggu. Iya saya resah.

Dear Bapak, menghitung jam menuju hari lahirmu, kurang lebih 52 jam lagi. Semoga semua lancar. Semoga bapak baik-baik saja. Semoga bapak sehat selalu. Aku di sini bapak, untuk bapak.

Hei, operasi bapak lancar. Alhamdulillah...
Delapan bulan berlalu, saya baru siap menaik tayangkan tulisan ini..
Sehat selalu bapak, semoga Allah senantiasa menyayangimu

Post a Comment

0 Comments